Jumat, 02 November 2012

Cinta (tak) Harus Memiliki

Posted by Rizki Hayati Tanjung 17.55

            Cinta. Hanya satu kata, tersusun dari lima huruf yang berbeda. Sangat sederhana. Kata yang sama sekali bukan kata sulit untuk dituliskan, pun untuk diucapkan.
Teringat akan sebuah kalimat, “cinta tak harus memiliki”. Kalimat populer ini jelas ditujukan untuk kisah cinta antar manusia. Cinta pada seseorang yang diharapkan dapat menjadi pasangan hidup, namun tak berujung pada pernikahan. Sesungguhnya orang-orang yang mengalami episode ini bukanlah orang yang malang. Jika disikapi secara baik, hal ini justru dapat melatih yang bersangkutan untuk menjadi lebih sabar, lebih dewasa, lebih bijaksana, dan selalu yakin serta bersyukur akan pemberian-pemberian dari Allah. Karena yakinlah, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik yang kita butuhkan, bukan yang terbaik (menurut kita) seperti yang kita inginkan.
Cinta tak harus memiliki. Fitrah manusia untuk mencintai. Seseorang mencintai seorang manusia lainnya sebelum dinyatakan sah dan halal. Apakah salah? Suka pada seseorang sebelum menikah, sepertinya tak ada masalah. Tak ada masalah jika hanya sebatas rasa kagum, simpati, atau suka karena terdapat teladan yang baik dalam diri seseorang. Tapi apakah harus mencintainya? Mengharapkan seseorang tersebut untuk menjadi pasangan hidup, sepertinya itu juga bukan suatu kesalahan. Sangat wajar jika seseorang mengharapkan pasangannya adalah orang yang baik, shalih/shalihah, mengagumkan, dan terdapat suri teladan yang baik dalam dirinya. Wajar, sangat wajar dan manusiawi. Tapi apakah harus mencintainya? Dan apakah harus “dia”?
Wajar-wajar saja jika kita suka pada seseorang, mengaguminya, itu hal yang manusiawi. Tapi mencintainya, wajarkah? Teringat seorang teman mengatakan kalimat yang juga cukup populer tentang cinta. “Cintai apa yang dimiliki, bukan miliki apa yang dicintai.” Begitu pula kurasa dengan kekasih, pasangan hidup, seorang manusia yang menjadi pendamping dunia akhirat. Sayang sekali jika kita mencintai seseorang yang belum tentu akan menjadi pasangan hidup kita nantinya. Iya kalau jodoh kita adalah dia. Tapi jika bukan, betapa kasihan jodoh kita yang sebenarnya. Ia yang seharusnya mendapatkan cinta seutuhnya, namun sebagian hati telah tertawan pada hati yang lain. Ia yang seharusnya kita cintai, tapi nyatanya hanya mendapatkan sisa-sisa cinta dari sekeping hati kita yang rapuh ini.
“Jodoh itu tak akan tertukar”. Yakinlah bahwa seseorang yang berjodoh dengan kita nantinya adalah yang terbaik. Jadi tak perlu menyibukkan diri untuk mencintai hati yang belum tentu akan mencintai seperti kita mencintainya. Kalaupun ia juga cinta, belum tentu berjodoh. Tak sampai hati rasanya bila menyakiti pasangan yang sebenarnya nanti. Dialah yang seharusnya dicintai dengan sepenuhnya. Bukan dengan sisa-sisa cinta, apalagi hanya sebagai pelarian semata. Ada baiknya jika sekarang kita mempersiapkan diri dan menjaga hati untuknya. Tak ingin hati ini ternoda oleh cinta yang salah alamat.
Cintaku hanya akan kuberikan setelah akad nikah. Ijab qobul yang begitu sakral terucap, menggetarkan hati begitu dahsyat sehingga cinta itu kan tumbuh secara alami. Aku hanya ingin mencintainya setelah ia halal bagiku. Sepenuhnya, tanpa terbagi.

Kembali pada dua kalimat cinta yang cukup populer tadi. “cinta tak harus memiliki” dan “cintai apa yang dimiliki, bukan miliki apa yang dicintai”. Kalimat pertama menyiratkan makna bahwa cintailah apa saja, siapa saja. Sedangkan kalimat kedua, Ada perbedaan antara mencintai apa yang dimiliki dengan memiliki apa yang dicintai. Dalam konteks pasangan hidup, Mencintai apa yang dimiliki, ini berarti cinta itu tumbuh setelah seseorang sah dan halal bagi kita. Sedangkan memiliki apa yang dicintai, ini berarti cinta itu telah bersemi indah sebelum seseorang tersebut sah dan halal baginya. Jika kita ingin “memiliki apa yang kita cintai”, maka kalimat “cinta tak harus memiliki” berlaku di sini. Namun tak kan berlaku jika kita “mencintai apa yang kita miliki”. Yang berlaku adalah “cinta harus memiliki”. Karena kita sudah memiliki terlebih dulu sebelum mencintainya. Dan hal ini menyiratkan sebuah isyarat rasa syukur yang begitu besar atas apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kita. Kalaupun ternyata pasangan kita nantinya tak sesuai harapan, itu artinya Allah ingin kita belajar untuk bersabar. Dan ingatlah, Allah itu bersama orang-orang yang sabar. Di sisi lain, Allah akan menambah nikmatnya bagi yang selalu bersyukur.
Sungguh dahsyat rasanya jika kita mencintai apa yang kita miliki. Hidup dalam bingkai cinta yang tulus berhiaskan kesyukuran dan kesabaran. Kebahagiaan bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Kedamaian dan ketenangan pun akan terus mengiringi dalam setiap degup jantung. Bukankah ini begitu indah..?
Cinta pada manusia bukanlah yang abadi. Jadikan cinta itu sebagai media mengalirnya cinta menuju muara cinta yang paling agung. Cinta pada Allah. Cinta inilah yang hakiki. Mencintai pasangan merupakan salah satu perwujudan cinta pada Rabb yang menguasai jiwa ini. Sebesar apapun cinta itu, tetap tujuan akhirnya adalah cinta pada Sang penguasa cinta. Dialah yang memiliki cinta terluas, cinta tak berbatas. Dialah yang berhak untuk dicintai sepenuhnya. Karena setiap detail kehidupan kita tak bisa lepas dari cinta-Nya.
Andai kita kebingungan melabuhkan cinta karena belum ada seseorang yang halal bagimu, tak perlu merasa galau. Kegelisahan hanya membuat kita terus merasa risau. Ada Allah yang kita miliki dan yang memiliki kita sepenuhnya. Cintailah dengan cinta terbaik yang kita punya. Yakinlah Dia tak akan menyia-nyiakan cinta kita yang seadanya ini. Jika yang kita dapatkan tak sesuai keinginan, bukan Allah tak mencintai kita. Tapi Allah ingin kita belajar menjadi orang yang sabar sehingga kita bisa terus merasa dekat dengan-Nya. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Namun jangan lupa untuk bersyukur ketika yang kita dapatkan sesuai keinginan. Karena rasa syukur itulah yang menjadikan nikmat Allah terus bertambah. Tidak pernah rugi, bukan? Ibarat berdagang, perdagangan yang selalu menguntungkan hanyalah perdagangan dengan Allah, Rabb penguasa semesta.







0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube